Ketika langit bertanya pada laut…
Kapankah kau akan memberikan sedikit
airmu pada awan?
Bumi bertanya pada awan…
Kapankah kau kan menjatuhkan air kepada
sang rumput yang kehausan?
Sementara itu seorang wanita bertanya
pada langit…
Kapankah suaminya pulang untuk menjenguk
anaknya
Tapi…
Langit bingung, kepada siapa lagi ia
harus bertanya
Kemudian langit ingat bahwa ia adalah
makhluk yang diciptakan
Pasti ia akan menemukan jawabannya,
Sebuah pertanyaan itu,
Ia utarakan kepada Tuhannya...
Merana…………..
Hati merana, tak ada manusia yang
sanggup menolongku, apapun dan siapapun itu!
Tuhan! Kumohon turunkanlah mukjizatmu
kepada hamba yang do’if ini
Tak mampu ku bernapas, tak mampu darahku
mengalir tanpa keridhoanmu
Begitu sesaknya, begitu sulitnya, begitu
hampanya hidupku….
Tak mampu kuceritakan apa yang sedang
kurasa
Namun kau pasti sudah tahu segalanya,
walaupun hamba tak berkata sepapatah kata pun
Matahari seakan berada di ubun-ubun
kepalaku
Menimpa dan menghantam tubuhku,
Merobek-robek kulitku dengan panas
lapisan kulit sang mentari
Dan terus menembus ke pembuluh darah, berusaha untuk melepaskan rohku dengan
jasadnya
Apakah ini tanda Jibril kan datang?
Ataukah sudah datang?
Apakah ini rasanya sakarotul maut yang
sering diceritakan guru-guru ngaji itu?
Apakah seperti ini?
Mengapa sangat menyakitkan, mengapa tak
langsung kau cabut saja dengan cepat jibril?
Aku takut setan datang menghampiri dan
menghasut dengan kata-katanya yang bak surga
Yang sedang mencari banyak orang untuk
menemaninya di neraka yg kejam
Tolonglah hamba ya
Allaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh…………………….!!!!!!!!
‘BAYANGAN’
Aku adalah sesosok bayangan
Yang tak terlihat dengan kasat
mata
Begitulah hidupku dimata
manusia sempurna...
Aku membuat impian dalam
bayangan itu
Impian yang amat mudah bagi
orang lain
Namun amat sulit untukku
Sebuah pengharapan tuk terlihat
Dan dilihat semua orang yang
menganggapku
Tak ada...
Bukankah itu hak asasi?
Tapi mengapa tak berlaku
untukku
Aku harus mewujudkannya
Meski mempertaruhkan segumpal
nyawa
Yang tertanam dalam jasad tak
teraba...
Setangkai Bunga
Awalnya sebuah kuncup yang jauh
dari terangnya dunia
Kemudian perlahan ia menjenguk
dunia
Melalui lembaran yang mulai
mekar
Selembar demi selembar ia mulai
membuka mata
Dan mengenal dunia...
Namun, satu hal yang ia tak
tahu dan terlalu kejam tuk mengetahuinya
Saat ini
Yaitu suramnya kehidupan
Awalnya semua terlihat indah
Bak tersesat di negeri dongeng
yang belum pernah ia dengar sebelumnya
Banyak makhluk indah nan
rupawan
Namun, semua itu hanya topeng
yang menyelimuti sebongkah hati busuk
Yang menghapus semua mimpi dan
harapan
Lalu, Seorang
lelaki datang dengan senyum manisnya
Yang mampu menyihir siapa saja
yang melihat, menyukainya
Ia pikir lelaki itu bisa
mengeluarkannya dari pahitnya kehidupan
Ternyata ia malah membawanya ke jurang neraka
Pada awalnya, bunga itu ingin menebarkan harum tubuhnya ke dunia...
RAMADHAN
RAMADHAN …
Engkau datang bak kuncian
Membuka rahmat tuk insan beriman
Yang setia dan bercinta dengan malam
Ramadhan
Tadarusan bersenandung riang di masjid agamawan
RAMADHAN …
Bulan penuh berkah tuk orang kekurangan
Banyak orang memberikan sandang pangan
Agar dapat pahala melebihi intan berlian
Sebelum terbungkus kain kafan
RAMADHAN …
Bulan kepalsuan lakon ‘seniman’
Bagai siluman ambil bagian adegan
budiman
Jiwanya plin-plan tunduk kata sutradara
tak konsisten
RAMADHAN …
Semoga jadi pedoman insan belum beriman
SETIA
Mati….
Dalam keramaian
Mengkungkung dunia hidupku
Yang ramai yang remukkan batin
Terpenuhi lautan sunyi
Hanya itu yang kurasa
Sekarang, hari ini, tahun ini
Seperti tahun-tahun sebelumnya
Dan tahun-tahun sesudahnya
Dunia semakin merubah jati dirinya
Tapi tidak denganku,
Aku istikomah memeluk dunia kegelapan
Bercinta dengan kesepian
Mencumbu sang hampa
Selalu setia …
Romansa kehidupan
Butir-butir cinta
Berjatuhan ke dalam sanubari
Setiap insan yang merasakan
Menjadi gila karenanya
Rasa sedih, berguguran
Tertiup hembusan cinta
Rasa hampa, terkubur dalam
Tertutupi tanah suci asmara
Serasa menjadi insan sempurna
Dimata semua orang
Tak ada yang buruk
Semua terasa indah
Dalam kacamata insan dilanda asmara
Tentangmu
Semuanya tentangmu…
Langit biru selalu menampakkan wajahmu
Gunung – gunung yang mengukir jejak
langkahmu
Siulan burung yang merdu memanggil
namamu
Semuanya tentangmu…
Masih melekat di hidungku
Desir angin yang menghembuskan harum
tubuhmu,
Seakan kau sedang memelukku erat
Semuanya tentangmu…
Hangatnya air teh manis yang kuseruput
pagi ini
Mengingatkanku pada hangatnya kecupan
bibirmu,
Di bibirku…
Rahasia rasa
Biarlah ....
Kusimpan rasa ini sampai Izroil
memintaku kembali
Kuharap kau mendengarnya nanti
Ketika buku catatan kehidupanku
dibacakan
Walau mustahil membuat aku
memilikimu
Tapi ku ingin kau tahu isi
hatiku
Yang selama ini membuatku
tersiksa
Dalam kesedihan tiada batas...
Biarlah....
Walau telah membusuk
Dan membuat hatiku mati...
CAHAYA
Segelas cahaya kutanam di
belakang rumah,
Mungkin beberapa tahun
lagi akan menjadi sebuah rumah
Yang hangat dengan cahaya
kebahagiaan...
Dan bahkan berapa tahun
kemudian akan menjadi sebuah gedung mewah
Yang sangat terang benderang
Yang dimana-mana diselimuti
cahaya surgawi
Namun, puluhan tahun ku
menunggu
Dengan kekecewaan yang
meruntuhkan semangat hidupku
Segelas cahaya itu tak tumbuh menjadi
sebuah rumah ataupun gedung
Bahkan,
Cahayanya hampir pudar!
Karena terlalu lelah menanti...
Duniaku, oh duniaku...
Duniaku....
Duniaku menitikkan air mata
Membanjiri setiap lekuk tubuhnya yang rapuh
Kesedihan menggerogoti hatinya
Membucahkan kepulan asap panas
yang ia muntahkan dari dasar hatinya
Hampir mati meratapi semua permasalahan manusia
Yang selalu merana dirudung kemiskinan...
Lebih baik mereka mendapat kebahagiaan dalam kematian
Daripada mati dalam kehidupan....
Disisi lain…
Duniaku lelah menopang
derita
Menjaga manusia yang tak punya balas jasa
Yang
mengobrak abrik tubuh duniaku
Mematahkan
seluruh tulang belulang yang berdiri kokoh
Menjadi
luluh lantak berserakan tak berguna
Yang
merusak darah duniaku dengan racun kimia mematikan
Duniaku….
Kini
hampir dijemput ajal
Sang
malaikat maut menunggu waktu yang tepat
tuk menempatkan duniaku
Pada
tempat yang nyaman dan indah
Disisi-Nya,
Terbius kata-kata
Aku terbang dengan kata-kata
yang kususun menjadi puzzle cerita
Membawaku pada negeri khayal
nan penuh warna
Meleburkan tubuhku pada
kebahagiaan yang kuciptakan sendiri,
Setitik sepi yang mencuat
muncul dari satu kata
Terhapus ribuan kata lain yang
menyelimuti keindahan
Langit menatap penuh tanya
Heran pada sang kata yang mampu
menyulap benci menjadi seksi,
Abu menjadi rindu, duka menjadi
suka...
Andai bisa...
Aku ingin menyerahkan hidup
pada kata
Yang mampu menenangkan hatiku
yang selalu berduka
Selalu terluka, selalu hampa
dan kesepian,
Karena aku adalah hati yang tak
pernah terjamah...
Sebuah mimpi
Mimpi....
Mencintaimu adalah mimpi
untukku
Yang terindah,
Bertemu denganmu
Menatap matamu
Menyentuh tanganmu
Semuanya adalah mimpi.
Mendengar suaramu
Bagaikan mendengar nyanyian
Para malaikat
Yang menyejukkan batinku
Yang membara
Oleh kesunyian
Dan kehampaan
Tuhan
Tolong sadarkan aku.
Bahkan,
Saat ini aku tak mampu
Menitikkan air mata
Yang dulu menjadi karibku
Dan,
Aku tak mampu berpikir
Tentang hari esok
Yang dulu
Selalu menjadi bebanku
Hampir tak mampu
Memanggulnya.
Bahkan,
Aku bisa tertidur pulas
Yang dulu
Memusuhiku...
Tuhan,
Tolong bangunkan aku
Dari mimpi yang tak mampu
Kupercaya
Bertemu lelaki surga
Yang tersesat ke dunia
Mengaku mencintaiku..
Sumber : Siti Wardatul Islamiah