Rabu, 23 Mei 2012

Puisi Campuran

Sebuah pertanyaan 


Ketika langit bertanya pada laut…
Kapankah kau akan memberikan sedikit airmu pada awan?
Bumi bertanya pada awan…
Kapankah kau kan menjatuhkan air kepada sang rumput  yang kehausan?

Sementara itu seorang wanita bertanya pada langit…
Kapankah suaminya pulang untuk menjenguk anaknya  
Tapi…
Langit bingung, kepada siapa lagi ia harus bertanya
Kemudian langit ingat bahwa ia adalah makhluk yang diciptakan
Pasti ia akan menemukan jawabannya,

Sebuah pertanyaan itu,
Ia utarakan kepada Tuhannya...
               
               
Merana…………..

Hati merana, tak ada manusia yang sanggup menolongku, apapun dan siapapun itu!
Tuhan! Kumohon turunkanlah mukjizatmu kepada hamba yang do’if ini
Tak mampu ku bernapas, tak mampu darahku mengalir tanpa keridhoanmu
Begitu sesaknya, begitu sulitnya, begitu hampanya hidupku….
Tak mampu kuceritakan apa yang sedang kurasa
Namun kau pasti sudah tahu segalanya, walaupun hamba tak berkata sepapatah kata pun

Matahari seakan berada di ubun-ubun kepalaku
Menimpa dan menghantam tubuhku,
Merobek-robek kulitku dengan panas lapisan kulit sang mentari
Dan terus menembus ke pembuluh darah,  berusaha untuk melepaskan rohku dengan jasadnya

Apakah ini tanda Jibril kan datang? Ataukah sudah datang?
Apakah ini rasanya sakarotul maut yang sering diceritakan guru-guru ngaji itu?
Apakah seperti ini?
Mengapa sangat menyakitkan, mengapa tak langsung kau cabut saja dengan cepat  jibril?
Aku takut setan datang menghampiri dan menghasut dengan kata-katanya yang bak surga
Yang sedang mencari banyak orang untuk menemaninya di neraka yg kejam
Tolonglah hamba ya Allaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh…………………….!!!!!!!!


‘BAYANGAN’

Aku adalah sesosok bayangan
Yang tak terlihat dengan kasat mata
Begitulah hidupku dimata manusia sempurna...

Aku membuat impian dalam bayangan itu
Impian yang amat mudah bagi orang lain
Namun amat sulit untukku

Sebuah pengharapan tuk terlihat
Dan dilihat semua orang yang menganggapku
Tak ada...
Bukankah itu hak asasi?
Tapi mengapa tak berlaku untukku

Aku harus mewujudkannya
Meski mempertaruhkan segumpal nyawa
Yang tertanam dalam jasad tak teraba...



Setangkai Bunga

Awalnya sebuah kuncup yang jauh dari terangnya dunia
Kemudian perlahan ia menjenguk dunia
Melalui lembaran yang mulai mekar
Selembar demi selembar ia mulai membuka mata
Dan mengenal dunia...
Namun, satu hal yang ia tak tahu dan terlalu kejam tuk mengetahuinya
Saat ini
Yaitu suramnya kehidupan

Awalnya semua terlihat indah
Bak tersesat di negeri dongeng yang belum pernah ia dengar sebelumnya
Banyak makhluk indah nan rupawan
Namun, semua itu hanya topeng yang menyelimuti sebongkah hati busuk
Yang menghapus semua mimpi dan harapan

Lalu, Seorang lelaki datang dengan senyum manisnya
Yang mampu menyihir siapa saja yang melihat, menyukainya
Ia pikir lelaki itu bisa mengeluarkannya dari pahitnya kehidupan
Ternyata ia malah membawanya  ke jurang neraka

Pada awalnya,  bunga itu ingin menebarkan harum tubuhnya ke dunia...




RAMADHAN

RAMADHAN …
Engkau datang bak kuncian
Membuka rahmat tuk insan beriman
Yang setia dan bercinta dengan malam Ramadhan
Tadarusan bersenandung riang di masjid agamawan

RAMADHAN …
Bulan penuh berkah tuk orang kekurangan
Banyak orang memberikan sandang pangan
Agar dapat pahala melebihi intan berlian
Sebelum terbungkus kain kafan

RAMADHAN …
Bulan kepalsuan lakon ‘seniman’
Bagai siluman ambil bagian adegan budiman
Jiwanya plin-plan tunduk kata sutradara tak konsisten

RAMADHAN …
Semoga jadi pedoman insan belum beriman

               


SETIA

Mati….
Dalam keramaian
Mengkungkung dunia hidupku
Yang ramai yang remukkan batin
Terpenuhi lautan sunyi

Hanya itu yang kurasa
Sekarang, hari ini, tahun ini
Seperti tahun-tahun sebelumnya
Dan tahun-tahun sesudahnya

Dunia semakin merubah jati dirinya
Tapi tidak denganku,
Aku istikomah memeluk dunia kegelapan
Bercinta dengan kesepian
Mencumbu sang hampa
Selalu setia …




Romansa kehidupan

Butir-butir cinta
Berjatuhan ke dalam sanubari
Setiap insan yang merasakan
Menjadi gila karenanya

Rasa sedih, berguguran
Tertiup hembusan cinta
Rasa hampa, terkubur dalam
Tertutupi tanah suci asmara

Serasa menjadi insan sempurna
Dimata semua orang
Tak ada yang buruk
Semua terasa indah
Dalam kacamata insan dilanda asmara



Tentangmu

Semuanya tentangmu…
Langit biru selalu menampakkan wajahmu
Gunung – gunung yang mengukir jejak langkahmu
Siulan burung yang merdu memanggil namamu

Semuanya tentangmu…
Masih melekat di hidungku
Desir angin yang menghembuskan harum tubuhmu,
Seakan kau sedang memelukku erat

Semuanya tentangmu…
Hangatnya air teh manis yang kuseruput pagi ini
Mengingatkanku pada hangatnya kecupan bibirmu,
Di bibirku…




Rahasia rasa

Biarlah ....
Kusimpan rasa ini sampai Izroil memintaku kembali
Kuharap kau mendengarnya nanti
Ketika buku catatan kehidupanku dibacakan
Walau mustahil membuat aku memilikimu
Tapi ku ingin kau tahu isi hatiku
Yang selama ini membuatku tersiksa
Dalam kesedihan tiada batas...
Biarlah....
Walau telah membusuk
Dan membuat hatiku mati...




CAHAYA

Segelas cahaya kutanam di belakang rumah,
Mungkin beberapa tahun lagi  akan menjadi sebuah rumah
Yang hangat dengan cahaya kebahagiaan...
               
Dan bahkan berapa tahun kemudian akan menjadi sebuah gedung mewah
Yang sangat terang benderang
Yang dimana-mana diselimuti cahaya surgawi
Namun, puluhan tahun ku menunggu
Dengan kekecewaan yang meruntuhkan semangat hidupku
Segelas cahaya itu tak tumbuh menjadi sebuah rumah ataupun gedung
Bahkan,
                                               
Cahayanya hampir pudar!
Karena terlalu lelah menanti...




Duniaku, oh duniaku...
Duniaku....
                Duniaku menitikkan air mata
                Membanjiri setiap lekuk tubuhnya yang rapuh
                Kesedihan menggerogoti hatinya
Membucahkan kepulan asap panas yang ia muntahkan dari dasar hatinya
                Hampir mati meratapi semua permasalahan manusia
                Yang selalu merana dirudung kemiskinan...
                Lebih baik mereka mendapat kebahagiaan dalam kematian
                Daripada mati dalam kehidupan....

Disisi lain…
                Duniaku  lelah menopang derita
                Menjaga manusia yang tak punya balas jasa
                Yang mengobrak abrik tubuh duniaku
                Mematahkan seluruh tulang belulang yang berdiri kokoh
                Menjadi luluh lantak berserakan tak berguna
                Yang merusak darah duniaku dengan racun kimia mematikan

Duniaku….
                Kini hampir dijemput ajal
                Sang malaikat maut menunggu waktu yang tepat
 tuk menempatkan duniaku
                Pada tempat yang nyaman dan indah
                Disisi-Nya,
               




Terbius kata-kata

Aku terbang dengan kata-kata yang kususun menjadi puzzle cerita
Membawaku pada negeri khayal nan penuh warna
Meleburkan tubuhku pada kebahagiaan yang kuciptakan sendiri,


Setitik sepi yang mencuat muncul dari satu kata
Terhapus ribuan kata lain yang menyelimuti keindahan
Langit menatap penuh tanya
Heran pada sang kata yang mampu menyulap benci menjadi seksi,
Abu menjadi rindu, duka menjadi suka...

Andai bisa...
Aku ingin menyerahkan hidup pada kata
Yang mampu menenangkan hatiku yang selalu berduka
Selalu terluka, selalu hampa dan kesepian,
Karena aku adalah hati yang tak pernah terjamah...




               
Sebuah mimpi
Mimpi....
Mencintaimu adalah mimpi untukku
Yang terindah,
Bertemu denganmu
Menatap matamu
Menyentuh tanganmu
Semuanya adalah mimpi.
Mendengar suaramu
Bagaikan mendengar nyanyian
Para malaikat
Yang menyejukkan batinku
Yang membara
Oleh kesunyian
Dan kehampaan
Tuhan
Tolong sadarkan aku.
Bahkan,
Saat ini aku tak mampu
Menitikkan air mata
 Yang dulu menjadi karibku
Dan,
Aku tak mampu berpikir
Tentang hari esok
Yang dulu
Selalu menjadi bebanku
Hampir tak mampu
Memanggulnya.
Bahkan,
Aku bisa tertidur pulas
Yang dulu
Memusuhiku...
Tuhan,
Tolong bangunkan aku
Dari mimpi yang tak mampu
Kupercaya
Bertemu lelaki surga
Yang tersesat ke dunia
Mengaku mencintaiku..



Sumber : Siti Wardatul Islamiah